Jumat, 24 Oktober 2008

Chelsea 1-0 AS Roma, Gerendel yang Hancur


Itulah judul yang bisa saya pikirkan dalam mengomentari pertandingan matchday 3 liga champions antara AS Roma d
an Chelsea yang berkesudahan 0-1 untuk kemenangan Chelsea. Bermain dengan formasi anyar 4-2-3-1 khas Luciano Spaletti, Roma sama sekali tak bisa menyamai permainan full attack anak-anak asuhan Luiz Felipe Scolari. Chelsea tampil superior kendati tanpa Ashley Cole, Michael Ballack, dan Didier Drogba. Roma benar-benar kalah kelas. Sepanjang pertandingan mereka bermain sangat pasif dengan umpan-umpan langsung yang sama sekali tidak efektif, sebaliknya Chelsea bermain dengan umpan pendek cepat khas Scolari, hasilnya Roma kewalahan. Meskipun lini belakang AS Roma yang diperkuat Mexes, Panucci, Riise dan Cicinho berhasil menunjukkan permainan gerendel paling rapat selama 77 menit sebelum gol John Terry, Roma tetap bukan lawan yang sepadan bagi Chelsea. Berikut catatan saya terhadap pemain AS Roma secara individual:

Alexander Doni (keeper): bermain tidak begitu baik, meski beberapa kali dapat memotong through pass dan menahan sundulan Solomon Kalou tendangan Doni yang ditujukan ketengah lapangan jauh dari akurat. Sehingga Chelsea banyak mendapat kesempatan mencuri bola pada situasi ini.

Philippe Mexes (center back): salah satu permainan impresif di skuad Roma semalam mungkin adalah permainan Mexes. Tanpa banyak kompromi, tackle dan slidingnya banyak memupuskan harapan Nicolas Anelka mencuri-curi bola through pass.

Cristian Panucci (center back): tampil sebagai pemain penuh disiplin di pertandingan semalam, Panucci banyak memberi kontribusi baik pada klubnya dengan memotong bola-bola crossing dari Wayne Bridge dan Jose Bosingwa sehingga Doni tidak perlu dipaksa bekerja keras.

Cicinho (right back): dengan posturnya yang pendek sebenarnya Cicinho merupakan titik terlemah dari pertahanan AS Roma. Tapi, tidak seperti itu yang terlihat dari permainannya semalam. Ia berhasil menahan diri untuk tidak terlalu sering melakukan overlapping dengan berkali-kali menghalau bola-bola crossing yang ditujukan kepada para penyerang Chelsea. Lebih dari itu, ia juga berhasil menutup pergerakan Florent Malouda sehingga membuat anggota timnas Prancis ini frustasi dan melakukan tackle tidak perlu yang membuahkan kartu kuning pada dirinya sendiri.

John Arne Riise (left back): permainan para lini belakang AS Roma semalam layak mendapat rapor yang baik. Tak terkecuali buat pemain yang satu ini. Dengan pengalamannya bermain di Liga Inggris beberapa musim bersama Liverpool ia telah memahami karakter para pejuang Chelsea. Begitu pula Salomon Kalou yang ia marking dangan ketat selama pertandingan semalam yang membuat Kalou tak mampu menemukan ruang tembak.

Daniel DeRossi (defensive midfielder): sebagai gelandang bertahan ia bermain cukup baik dengan membantu lini pertahanan AS Roma dari gempuran dua gelandang serang Chelsea yang termasyur, Frank Lampard dan Deco. Tapi penampilannya secara keseluruhan jauh dari harapan publik Romanisti dan Italia, mengingat dia diharapkan mampu menjadi gelandang jangkar yang bisa mengirimkan umpan-umpan akurat ke berbagai sisi lapangan termasuk kepada ujung tombak, Francesco Totti. Sesuatu yang tidak ia tunjukkan pada pertandingan semalam. Selain itu, kelengahannya dalam mengantisipasi tendangan sudut membuat Roma kecolongan.

Matteo Brighi (midfielder): pemain ini bekerja keras dalam membantu lini pertahanan bersama Danielle DeRossi dan sekali-sekali mencoba mendukung penyerangan meski tidak efisien.

Alberto Aquilani (midfielder): aslinya ia diproyeksikan sebagai gelandang serang mendukung permainan sang mentor, Francesco Totti. Tapi, permainan impresif Chelsea membuat dia harus rajin turun membantu merapatkan barisan pertahanan. Walau begitu, sebagian serangan yang diperlihatkan AS Roma semalam juga hasil dari permainan apik pemain jebolan akademi AS Roma ini.

Rodrigo Taddei (right midfielder): tidak banyak memperlihatkan kontribusinya semalam. Pemain ini malah termasuk pemain yang layak diberikan raport merah mengingat dirinya tidak punya skill yang cukup untuk bisa bermain dalam posisi idealnya.

Mirko Vucinic (left midfielder): pemain ini kehilangan tajinya saat berhadapan dengan Jose Bosingwa dan Ricardo Carvalho. Ia tidak mampu menggiring bola melewati salah satu pemain tersebut meski dikaruniai kecepatan yang cukup yahud. Ditambah dengan kontrol bolanya yang payah, AS Roma seringkali kehilangan bola dari kaki pemain timnas Montenegro ini.

Francesco Totti (striker): yang diharapkan dari pemain legendaris ini adalah ia bisa melepaskan tendangan kerasnya untuk menghasilkan gol atau setidaknya membuka ruang tembak bagi rekan-rekannya. Hal yang terjadi malah ia dipaksa menerima umpan-umpan langsung yang sama sekali sulit baginya. Ia juga dipaksa berhadapan langsung dalam duel udara1 lawan 1 dengan Jon Obi Mikel, John Terry atau Ricardo Carvalho karena ketiadaan partner serang.

Luciano Spaletti (head coach): strateginya tidak mampu membuat permainan AS Roma berkembang. Para pemain Roma terlihat bermain bertumpuk dan bertahan ditengah lapangan sementara untuk urusan mencetak gol hanya ia bebankan pada satu orang ujung tombak, Francesco Totti yang tidak mempunyai kekuatan untuk bisa berhadapan dengan Jon Obi Mikel, John Terry dan Ricardo Carvalho sekaligus. Tampaknya AS Roma harus bersiap-siap mencari pelatih baru apabila Luciano Spaletti ini tidak mampu menghadirkan metode permainan atau formasi alternatif yang lebih baik lagi.

Simone Perotta, Jeremy Menez, Max Tonetto (subtitions player): tidak banyak yang bisa dikomentari dari para pemain ini selain dari keterlambatan Luciano Spaletti memasukkan ketiganya. Simone Perotta dimasukkan menggantikan Aquilani yang cedera padahal jika dimainkan bersama keduanya bisa membentuk formasi penyerangan yang mumpuni. Sementara Jeremy Menez dan Max Tonetto tidak ada komentar. Keduanya masuk di menit-menit akhir pertandingan dan belum memperlihatkan kontribusinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Comment Here!