Rabu, 19 November 2008

Resesi

Pernah ada suatu zaman di Amerika Serikat dimana sebagian besar penduduknya dilanda keresahan dan ketakutan setiap harinya. Resah karena tidak ada lapangan pekerjaan, tidak ada makanan yang mencukupi dan takut kalau-kalau mereka besok tidak akan tinggal di tempat yang sama dengan yang mereka tinggal hari ini. Juga takut dengan dewa maut yang senantiasa menghampiri mereka beberapa bulan setiap tahun, musim dingin.

Tidak ada yang bisa dilakukan pada masa itu, kecuali berusaha mendapatkan pekerjaan menjadi buruh-buruh kasar, itupun harus berebut dengan ribuan pencari pekerjaan lainnya. Tidak ada jaminan pada masa itu. Tidak ada spekulasi. Yang ada hanyalah anda hidup hari ini dan berusaha untuk tetap hidup esok hari. Mengerikan memang. Tapi itulah kenyataan sebenarnya dari resesi ekonomi Amerika Serikat pada tahun 1930-an. Bertahun-tahun para warga kelas menengah harus berjuang untuk makan, tinggal dan hidup. Sebelum seorang bernama FD Roosevelt dengan kebijakannya sebagai presiden USA terhadap ekonomi pada masa itu berhasil membawa keluar rakyatnya dari krisis. Sebuah prestasi yang membawa dirinya dikenang sebagai salah satu presiden terbaik Amerika Serikat hingga kini.

Kini, dunia terancam resesi. Tentu yang terparah adalah Amerika Serikat, sumber dari segala permasalahan yang ada. Dimulai dari melambungnya harga minyak yang diyakini sebagian kalangan karena kebijakan Amerika terhadap timur tengah, rontoknya nilai properti dalam negeri yang dikenal sebagai Subprime Mortgage hingga kecerobohan para spekulan yang mengakibatkan runtuhnya Lehman Brothers, bank investasi terbesar keempat di Amerika. Cukuplah ketiga masalah ini menjadi penghancur ekonomi dunia dan penyebab kolapsnya perusahaan besar Amerika yang berpengaruh global. Freddie Mac dan Fanni Mae adalah korban awalnya lalu diikuti dengan Merril Lynch (diselamatkan setelah diambil alih oleh Bank Of America), AIG, Goldman Sachs, dan Morgan Stanley. Untungnya tiga nama terakhir berhasil diselamatkan oleh tindakan cepat tim ekonomi AS pimpinan presidan George W Bush lewat rancangan dana talangan 700 miliar dolar.

Tapi ini masih gerimis, begitu kata ekonom Adimarwan Karim dalam sebuah kolom harian nasional. Hujan badai masih menunggu di depan, badai yang belum dapat diprediksi secara jelas kekuatannya. Badai yang bahkan mampu membangkrutkan negara-negara yang perekonomiannya sedikit banyak bergantung terhadap ekonomi bangsa adidaya, Amerika Serikat.

Analisis Adimarwan Karim mulai menunjukkan kebenaran. Belasan negara uni Eropa kini terancam resesi dimulai dari Islandia yang terancam bangkrut karena bank-bank terbesarnya dilikuidasi hingga raksasa ekonomi terbesar di benua biru tersebut, Jerman.

Sementara itu ekonom papan atas dunia, Stephen S Roach dalam wawancaranya yang dituang di harian Republika beberapa waktu lalu juga memberikan statement yang bernada pesimis terhadap krisis ini. Ia meyakinkan dunia bahwa krisis ini sangat mematikan dan untuk segera kembali normal akan membutuhkan waktu yang sangat lama karena proses pemulihan ekonomi yang sangat lemah. Atau Wok-Shape, ekonomi tumbuh melandai.

Mengerikan? Jelas. Butuh kerjasama setiap negara dan juga terobosan-terobosan baru yang yang lebih efektif dari Amerika Serikat untuk menekan ancaman resesi ini. Dan semua ini menjadi tugas berat pemerintahan baru Amerika yang dipimpin Obama. Apakah ia akan berhasil seperti FD Roosevelt atau hanya menjadi pemimpin yang gagal seperti pendahulunya? Kita tunggu.

Evolusi Windows

Saat Windows Vista dirilis banyak kalangan meramalkan bahwa sistem operasi ini akan menjadi sebuah terobosan baru dalam jagat dunia komputer seperti saat Windows XP muncul dulu. Nyatanya? Vista menjadi sebuah proyek gagal dan mengecewakan. Banyak konsumen mengeluhkan kinerja vista yang lambat dan sering ‘hang’. Sementara masalah paling besar Vista sendiri adalah tidak mampunya Vista bekerja dengan driver-driver hardware kebanyakan karena Microsoft sendiri dalam konferensi WinHEC mengakui ‘banyak mengubah model driver dan hal-hal lain pada sistem yang lebih rendah’ (udaramaya.com).

Tapi, kini proyek terbaru Micosoft bertajuk Windows 7 akan menjadi harapan tersendiri bagi para pemakai Windows di seluruh dunia. Direncanakan rilis pada 2010, Windows 7 sepertinya bakalan diluncurkan pada pertengahan 2009 ini. Beberapa keunggulan dari Windows terbaru ini mulai sedikit demi sedikit dibocorkan para petinggi Microsoft. Seperti kemampuan bekerja sama dengan driver driver para vendor yang jauh lebih baik dari vista. Lebih jauh lagi, Windows 7 dijanjikan akan lebih hemat daya, stabil, cepat dan mampu booting lebih cepat daripada Vista.
Nah, dari pandangan saya sendiri Windows 7 ini akan menjadi ‘klimaks’ kebangkitan kapitalisme terbesar didunia komputer, Microsoft. Gagal dengan Vista tak ayal lagi merugikan perusahaan ini hingga milyaran dolar AS. Meskipun berusaha menutupi kerugian tersebut dengan menghadirkan update-update terbaru dalam pengoptimasian Vista tetap saja anggapan konsumen yang sudah pesimis tidak bisa mengibarkan kembali nama Vista yang sudah didengungkan para petinggi Microsoft sejak lima tahun lalu.
Pertanyaannya, apakah Windows 7 ini akan menjadi sebuah evolusi terbaru dari operating system modern yang lebih baik atau setidaknya menyamai prestasi XP saat menggantikan Windows seri 98 dan Me dulu? Atau malah segala keunggulan yang dimiliki Windows 7 ini hanya menjadi sekedar janji-janji palsu para petinggi Microsoft seperti pada saat akan mengumumkan kehadiran Vista? Biarlah waktu yang menjawab.


Obama

Yak, Obama. Sebuah nama yang tak pernah kehabisan hal untuk digali. Terlahir di Hawai dari ayah seorang imigran muslim asal Kenya dan ibu berkulit putih asli Amerika. Pernah tinggal dan bersekolah selama 4 tahun di Indonesia. Pernah gagal menjadi anggota kongres. Dan menjadi senator hanya dua tahun sebelum meraih prestasi yang ‘nyaris mustahil’ bagi warga minoritas di Amerika Serikat, President of The United States.
Atas hal-hal tersebut diatas, Obama menjadi bahan atau tema berbagai para penulis, kolumnis dan motivador di seluruh penjuru dunia. Ia telah menjadi simbol sebuah kebebasan sesungguhnya, proyek motivasi yang baik dan sebuah bukti nyata kemampuan anak manusia dalam mengembangkan seluruh daya potensi dan psikologis untuk mencpai prestasi tertinggi.
Tulisan ini sama sekali bukan mengajak anda menjadi seorang Obama-isme, melainkan mengajak kita semua untuk belajar dan memotivasi diri kita agar mampu mengembangkan diri lebih jauh lagi. Siapa sangka seorang bocah yang pernah bersekolah di Indonesia selama empat tahun bisa mendapat gelar Ph.d dari universitas terbaik di jagad ini, Harvard University, sebelum akhirnya menjadi Presiden negara adidaya satu-satunya di dunia, Amerika Serikat.
Bukan, bukan. Sama sekali saya bukan bermaksud mengajak anda bermimpi untuk sesuatu yang mustahil terwujud. Tapi ini lebih kepada sebuah sarana pembelajaran untuk kita semua bahwa seseorang bisa mencapai prestasi tertinggi dalam hidupnya dengan doa, usaha dan kerja keras. Nah, disini Obama telah mencontohkan hal tersebut. Tinggal kitanya sekarang...

Kamis, 13 November 2008

Apa itu Twitter?


Beberapa minggu lalu saat sedang browsing disitus udaramaya.com saya melihat sebuah polling disudut kanan halaman situs tersebut.Pertanyaannya: “Apakah anda menggunakan Twitter?” Seketika saya langsung mengernyitkan kening saya. Saya pun langsung memilih satu dari tiga jawaban yang ada: “Apa itu Twitter?”
Ya, apa itu Twitter? Karena situs udaramaya.com ini sebuah situs mengenai teknologi komputer, saya berpikir ini semacam hardware canggih yang baru dikeluarkan atau sebuah produk software yang memiliki duta “seekor” Tweety. Makhluk kartun berupa burung pipit kecil. Saya makin tertantang mengungkap jati diri Twitter ini karena hasil polling menunjukkan sekitar 77% pemakai polling juga memberi jawaban yang sama seperti saya alias tidak tahu.
Dari hasil penyelidikan saya, Twitter adalah...
Situs jejaring sosial seperti Facebook, Friendster atau My Space. Tapi Twitter berbeda dalam konsep yang ditawarkannya. Dengan kata-kata pamungkas: “What are you doing?” situs ini menekankan pada hubungan yang begitu terikat antar penggunanya. Pesannya pun dibatasi hanya 140 karakter. Nyaris seperti sms. Jadi situs bernama Twitter ini lebih mobile dan lebih update daripada situs jejaring sosial lain yang tadi saya sebutkan.
Lebih menarik Twitter ini adalah cepatnya informasi yang dapat anda terima. BBC menggunakan situs yang baru saja lahir pada tahun 2007 ini untuk mengirim berita terkini kepada para konsumennya. Barack Obama berkampanye juga dengan Twitter dan kini Downing Streer no.10 juga sedang menjajaki kemungkinan penggunaan Twitter. Melihat begitu suksesnya Twitter yang sudah memiliki user sebanyak 3.300.000 orang diseluruh dunia kini muncul situs-situs serupa di internet. Paling gres bernama Yammer.
Tapi, disarankan bagi anda yang ingin menggunakan Twitter untuk memiliki terlebih dahulu perangkat hp dengan fasilitas internet yang baik atau setidaknya laptop yang sering terkoneksi dengan internet. Sebab tanpa dua hal itu, Twitter anda tidak terupdate dengan cepat dan itu berarti sama saja dengan Friendster.

Belajarlah dari McCain

Kemarin saya melihat dilayar televisi seorang artis yang juga politikus Republik Indonesia. Kepalanya dibalut oleh jilbab dan baju yang dipakainya juga sangat sopan. Semua itu menambah nilai plus yang dimilikinya sebab wajahnya juga cantik. Tapi di infotainment pagi itu ia tampak berapi-api. Semangatnya membara menceritakan dan menuduh saingannya yang berhasil memenangi pilkada Tangerang.
Ya. Sebab musabab tuding menuding itu karena si artis kalah dalam pemilihan kepala daerah di Banten. Dia menuduh dan menggugat saingannya yang juga seorang perempuan itu membeli atau mempunyai ijazah palsu. Menurut si artis dalam bukti yang katanya dimilikinya, si saingannya tersebut mendapat gelar sarjana dari Universitas Borobudur hanya dalam waktu 15 bulan! Wallahu ‘alam. Apapun alasan dibalik gugatan sang artis, dia tetap saja kalah. Dan disitu titik penyesalan saya selaku warga negara Republik Indonesia yang luas ini. Dalam wawancaranya kepada pihak infotainment sang artis terlihat begitu angkuh. Dengan modal gelar S3 yang dimilikinya seakan-akan ia merasa jauh lebih baik dari orang lain. Penampilannya saja yang baik dan bersahaja tapi pikirannya tidak. Ia sama sekali tidak mengakui kekalahannya secara terhormat tapi malah mencari-cari kesalahan sang pemenang yang sesungguhnya.
Itulah politik Indonesia. Bergelimang uang dan kehormatan tapi tidak ada jiwa dan moral didalamnya. Sudah sering kita lihat hal-hal semacam ini terjadi. Beberapa waktu lalu Syahrial Oesman dan pendukungnya malah berencana menyerang KPUD secara anarkis karena kalah di pilkada Sumatra Selatan. Gus Dur menyeru kepada “umatnya” untuk golput di pemilu mendatang karena ia tidak memenuhi persyaratan sebagai capres. Dan yang terakhir yang paling hangat tentu saja pilkada Jatim dimana pasanagn yang kalah pimpinan Khofifah Indraparawansa menyatakan akan mengugat hasil pilkada karena diyakini ada kecurangan disana. Kalau diamati memang pilkada Jatim rentan terhadap hal tersebut. Ada dua alasan untuk itu. Yang pertama kandidat Cagub-Cawagub hanya dua pasangan dan hasil perhitungan KPU berlawanan dari hasil quick count dimana pada hasil quick count Khofifah dan pasangannya (lupa saya namanya) diprediksi memenangi pilkada. Berdasarkan berita terakhir, kemenangan Karsa (Soekarwo-Saifullah Yusuf) hanya berbeda 0,40% dari kandidat lain. Sungguh ironis.
Nah. Dari sinilah saya ingin agar orang-orang ini dan politikus-politikus ambisius Indonesia lainnya berkaca pada sosok Jhon McCain, kandidat presiden Amerika Serikat yang baru saja dikalahkan oleh “bocah kulit hitam” bernama Barack Obama. Bocah jika dilihat dari umur McCain yang lebih pantas menjadi “ayah” Obama daripada saingannya. Tepat setelah pengumuman akhir hasil pemilu, McCain dengan rendah hati dan berlapang dada mengakui dan langsung menyampaikan selamat kepada Obama atas kemenangannya itu. Tak ada lagi umpatan, ejekan dan cacian bernada rasis seperti yang biasa ia tujukan kepada Obama selama masa kampanye. Yang ada hanyalah rangkulan hangat, tulus dan penuh senyuman dari seorang veteran perang bernama Jhon McCain.

Road to FM 2009

Akhirnya game yang paling ditunggu-tunggu penggila sepakbola sejati sudah akan beredar pada pertengahan bulan November ini. Saya termasuk diantaranya, satu diantara jutaan orang penikmat game simulasi sepakbola terpopuler didunia, Football Manager. Berbagai perasaan kini berkecamuk dihati. Mulai dari kegembiraan khas pecandu game sampai kekhawatiran seorang mahasiswa yang takut nilainya bakalan anjlok. Tapi apapun yang terjadi sepertinya saya bakalan memainkan game ini.
Ya, memang disatu sisi semester ini saya memiliki dua tugas rancangan yang berarti waktu belajar menjadi lebih padat dari biasanya dan waktu bersantai pun menurun. Tapi hati ini tak kuat untuk melawan cobaan memainkan game ini, karena sejak demonya dikeluarkan pada awal bulan ini, game ini terlihat telah mengalami banyak perubahan dari banyak sisi. Mulai dari simulasi pertandingan yang kini sudah menjadi mengadopsi style 3D sampai pada transfer pemain yang oleh perusahaan pengembangnya telah diperbaiki untuk lebih nyata. Untuk lebih jelasnya klik disini.
Dulu saya gamer sejati untuk berbagai macam game PC. Tapi saya rubah kebiasaan itu saat memasuki awal kuliah. Saya sadari hal ini bakalan mempengaruhi kegiatan kuliah secara negatif. Kini saya tidak menikmati game lain selain Football Manager dan PES/WE nya PS3. Hanya dua game ini yang susah saya singkirkan. Gimana ni... ada saran?
By the way, sambil menunggu saran ampuh kalian saya akan mainkan game ini dulu. Hehehe. Ciao!

Jumat, 07 November 2008

Review AS Roma 3-1 Chelsea

Kemenangan Roma atas Chelsea pada matchday keempat Liga Champions hari rabu dini hari tadi benar-benar di luar dugaan. AS Roma yang sebelumnya didera empat kali kekalahan beruntun di seri A ditambah kekalahan oleh Chelsea pada pertandingan Liga Champions sama sekali bukan tim yang diunggulkan untuk menang walaupun bermain dikandang sendiri, Stadion Olimpico. Sebaliknya, Chelsea yang baru menelan satu kali kekalahan dalam musim ini adalah tim superior di liga Inggris dan Eropa. Bahkan sebelumnya anak-anak asuhan Luiz Scolari ini sukses melibas Sunderland 5 gol tanpa balas.

Nah, untuk lebih jelasnya saya akan komentari penampilan pemain starter dari kedua tim ini.

AS Roma (4-3-1-2)

AS Roma bermain diluar skema biasa yang 4-2-3-1, pada formasi ini Luciano Spaletti tidak menempatkan seorangpun winger disisi lapangan. Yang ada 3 gelandang tengah yang bermain bertahan (Perotta, De rossi, Brighi) yang sesekali membantu penyerangan. Sementara untuk urusan sisi kiri dan kanan diserahkan kepada dua side back mereka (Cicinho, Panucci) yang bermain naik turun di babak pertama. Bergantian menyerang dan bertahan. Strategi yang dimainkan dua back ini sukses. Gol pertama Roma pun lahir dari kaki Christian Panucci yang masuk kecelah pertahanan John Terry cs. menyambut umpan crossing yang dilesakkan Cicinho setelah diawali oleh setpiece play yang diambil David Pizarro. Permainan AS Roma juga tidak melulu di tengah karena selain dua side back tadi, Mirko Vucinic yang dipasangkan sebagai tandem Totti juga sering melesak dari kiri maupun kanan.

Doni (goalkeeper)

Permainan kiper ini dalam pertandingan melawan Chelsea patut diacungi jempol. Deco, Lampard dan Anelka yang bergantian mencoba melakukan shooting jarak jauh dapat ditepisnya dengan brilian. Bahkan gol Chelsea yang bermula dari tendangan Deco lalu memantul kepada John Terry dapat dihalaunya dengan refleks yang baik, sayang bola rebound masih dapat dikuasai Terry yang langsung melakukan tedangan keras sehingga Doni pun kebobolan. Selebihnya, Doni fantastis.

Philippe Mexes (centerback)

Apa jadinya Roma tanpa orang ini? Permainan yang luar biasa disiplin, keras dan jatuh-bangun adalah karakter pemain asal Prancis ini. Marking ketatnya terhadap Anelka dibabak pertama dan Drogba dibabak kedua serta John Terry di setpiece play membuat ketiganya hanya dapat mendecak lidah. Kesal karena selalu dapat dihalau Mexes. Pemain ini layak masuk nominasi pemain bertahan terbaik eropa.

Juan (centerback)

Sebenarnya pemain internasional Brazil ini bermain cukup baik pada pertandingan semalam. Berkali-kali ia berhasil menghentikan dribble dari para gelandang Chelsea yang mencoba masuk ke kotak pertahanan AS Roma. Hanya, beberapa kesalahpahaman antara ia dan Doni dalam menghalau bola-bola crossing membuat saya menilainya pemain ini agak grogi semalam.

Cicinho (right back)

Ia bermain dalam karakter aslinya semalam sebagai seorang bek modern yang mempunyai kecepatan, dribble dan stamina yang tangguh. Berkali-kali ia berhasil menerobos sisi kiri pertahanan Chelsea yang dijaga Wayne Bridge, membuat para pendukung Chelsea ketar-ketir. Gol pertama pun lahir lewat umpan pemain yang ditransfer dari Real Madrid ini memanfaatkan kelengahan pemain Chelsea yang bertumpuk dikotak penalti pada waktu setpiece play membuat ia bebas melakukan crossing kekotak penalti dari sisi kiri pertahanan Chelsea.

Christian Panucci (left back)

Pemain ini ibarat anggur kualitas yahud buatan prancis. Makin tua makin luar biasa kualitas rasanya. Terbukti diumur 35 tahun pemain yang bisa berposisi sebagai bek tengah, bek kiri dan bek kanan ini sama sekali tidak menampakkan performa yang menurun bahkan makin konsisten. Gol pertama pun lahir dari kakinya yang menyongsong bola crossing Cicinho. John Terry dan Petr Cech pun bengong dibuatnya. Sementara pada waktu bertahan wakil kapten AS Roma ini mampu menghalau bola-bola crossing lawan dan mentackle para winger Chelsea yang terkenal jago.

Simone Perotta, Daniel De rossi, Matteo Brighi (central midfielder)

Sepanjang tiga puluh ment pertama tiga pemain ini tampak setia membantu para bek Roma mengawal jantung petahanan. Barulah setelah gol pertama dari Panucci para pemain ini tampak bermain lebih lepas. Perotta dengan badannya yang besar lebih sering menetap dibawah dan hanya naik pada waktu setpieces. De rossi yang dipersiapkan untuk menggantikan peran Totti di masa depan bermain naik turun. Umpan lobnya yang mengecoh para bek Chelsea pada Vucinic nyaris menambah kedudukan AS Roma. Sayang, Petr Cech mampu menahan tendangan keras Vucinic. Hal yang kurang diperlihatkan De rossi semalam adalah tidak adanya ia melepaskan tendangan jarak jauh ke gawang Chelsea yang merupakan salah satu keahliannya. Sementara Brighi bukan pemain spesial, tapi ia mampu menjawab kepercayaan yang diberikan Spaletti dengan bermain penuh semangat baik bertahan maupun menyerang. Gol kedua AS Roma merupakan buah kerja sama antara dirinya, Totti dan Vucinic.

David Pizarro (central midfielder)

Ia membuktikan diri sebagai pemain penuh skill. Ballkeeping yang dimainkannya membuat Chelsea nyaris tidak pernah merebut bola dari pemain asal Chile ini. Passing-passingnya akurat dan terkontrol dengan baik. Kecuali keahlian dalam melakukan middle shooting pemain ini layak disetarakan dengan Deco.


Francesco Totti (striker)

Diusianya yang sudah tidak muda lagi Totti tampaknya lebih memilih untuk melayani para “junior-juniornya”. Totti tidak pernah menahan bola lama-lama dikakinya. Alih-alih melakukan tendangan ke arah gawang untuk mencetak gol, pemain yang pernah mendapat anugrah golden boot dua musim sebelumnya ini lebih memilih melakukan umpan-umpan berkualitas yang terkontrol dengan baik.

Mirko Vucinic (striker)

Ialah aktor penting dari kemenangan Roma atas Chelsea semalam. Dengan tendangan keras ia berhasil menaklukan salah satu kiper terbaik eropa, Petr Cech. Kecepatan pun menjadi salah satu kelebihan pemain asal montenegero ini. Merebut bola dari Obi Mikel pada jarak sekitar 70 meter di depan garis gawang Chelsea, pemain ini melakukan dribel dengan kecepatan tinggi sebelum mengecoh Obi Mikel sekali lagi, Petr Cech dan mencetak gol.


Chelsea (4-5-1)

Ini formasi yag paling cocok bagi Chelsea sejauh ini. Kalau diuraikan kira-kira begini: 4 bek yang dua sidebacknya senantiasa naik turun membantu serangan dengan umpan-umpan crossing, 1 orang gelandang bertahan yang diperankan oleh pemain dengan mobilitas dan power yang tinggi, 2 gelandang serang yang mampu melakukan shooting jarak jauh dengan keras dan akurat, 2 winger dengan skill dribel dan kecepatan yang tinggi serta 1 orang penyerang dengan naluri mencetak gol luar biasa. Sama sekali tidak ada yang kurang dari chelsea yang memiliki pemain yang berkualitas untuk memainkan peran ini. Tapi hasil semalam berbeda. Chelsea yang menumpu serangan pada seorang Anelka didepan tidak berhasil mendobrak pertahanan Roma. Frustasi, mereka memilih melakukan tembakan jarak jauh lewat dua orang gelandang terbaik mereka, Frank Lampard dan Deco. Berhasil, ada ruang untuk melakukan tembakan tapi digagalkan ditangan kiper Alexander Doni yang bermain begitu gemilang. Tak menyerah, mereka menyerang dengan seluruh potensi yang ada, hingga sebuah serangan balik anak-anak Roma membuat mereka panik dan Deco memperlihatkan kepanikan tersebut dengan kartu kuning setelah lebih dahulu mengganjar Francesco Totti. Dan lewat setpiece play yang cepat mereka lengah dan kebobolan. 1-0 untuk Roma.

Babak kedua Big Phil menarik Joe Cole dan Florent Malouda den mengganti keduanya dengan Beletti dan Didier Drogba. Gagal. Beletti bermain penuh emosi sehingga mempengaruhi passing dan kontrol bolanya. Drogba juga sama saja. Dirinya yang menggantikan posisi Anelka sebagai striker tengah harus berhadapan dengan Mexes yang keras dan penuh semangat. Praktis bola-bola through pass kepadanya pun gagal total.

Petr Cech (goalkeeper)

Sebenarnya permainan kiper Ceko ini tidak begitu jelek semalam. Satu dua kali ia berhasil memotong umpan-umpan silang para pemain Roma. Duel 1 lawan 1 dengan Vucinic pun dimenangkannya. Tapi tiga gol dalam satu pertandingan adalah sesuatu yang patut disesali oleh kiper yang sebelum pertandingan ini baru kemasukan 4 gol dari semua kompetisi yang diikutu Chelsea.

John Terry (centerback)

Ia memperlihatkan wibawa seorang kapten dengan bermain penuh determinasi dan ngotot setelah ketinggalan tiga gol dibabak kedua. Hasilnya? Gol semata wayang Chelsea hadir lewat kakinya. Sayang itu tidak bisa membayar kesalahannya saat berhasil disalip Panucci waktu gol pertama AS Roma dan kelengahannya dalam menghentikan serangan tik tak AS Roma pada gol kedua.

Alex (centerback)

Gagal. Itu satu-satunya kata yang bisa saya pikirkan untuk mengomentari pemain pengganti Ricardo Carvalho yang sedang cedera ini.

Wayne Bridge (leftback)

Seandainya Ashley Cole yang bermain diposisinya semalam, hasil pertandingan akan lain. Ia tidak mempunyai kecepatan, crossing dan sense of defense sebaik Ashley Cole. Terbukti Cicinho dan Vucinic sering terlihat melewati pemain ini dalam melancarkan serangan dari sisi kiri pertahanan Chelsea.

Jose Bosingwa (rightback)

Jelas kualitas pemain ini lebih baik dari paulo fereirra yang lebih dulu mendarat di Chelsea dulu. Kecepatan, dribel dan crossing pemain portugal ini nyaris saa baiknya dengan Ashley Cole.

Obi Mikel (midfielder)

Dalam pertandingan melawan AS Roma sebelumnya tugas pemain ini sungguh enteng. Ia mengunci pergerakan kapten Roma, Francesco Totti yang lamban dan sudah uzur dengan mudah. Tapi kini perhatiannya sebagai seorang gelandang bertahan terbagi tiga antara Mirko Vucinic yang licin dan kencang, David Pizarro yang lincah dan berskill tinggi dan Totti sendiri. Tentu saja ia gagal. Gol ketiga AS Roma bahkan tercipta berkat kecerobohan pemain asal Nigeria ini. Kontrol bolanya yang lamban berhasil direbut oleh Vucinic yang langsung berlari kencang ke arah gawang Chelsea. Ia nyaris berhasil mengejar sebelum sebuah gerak tipu Vucinic mengecohnya dan lalu berhasil lepas sepenuhnya.

Deco, Frank Lampard (midfielder)

Kedua pemain berkualitas yahud ini bermain sangat apik semalam. Umpan satu dua yang cepat antar dua pemain ini menjadi tontonan yang menarik. Belum lagi tendangan jarak jauh keduanya yang akurata dan keras kearah gawang AS Roma. Sayang, semua tendangan mereka yang mengarah langsung kearah gawang berhasil digagalkan ole kiper AS Roma, Doni. Penampilan Chelsea pun sedikit ternoda semalam karena kartu merah yang diterima Deco karena kecerobohannya.

Florent Malouda, Joe Cole (winger)

Dua duanya ahli dribel kelas yahud yang dimiliki Chelsea. Tapi keahlian tersebut gagal dieksploitasi keduanya. Dribel mereka berkali-kali dipatahkan setelah berhadapan dengan para gelandang dan bek Roma. Dua-duanya pun dicap gagal dan diganti oleh Beletti dan Drogba di babak kedua.

Nikolas Anelka (striker)

Tiga gol yang dilesakkan pemain asal prancis ini pada pertandingan melawan Sunderlan beberapa hari sebelumnya tidak berarti apapun semalam. Gerendel Roma gagal didobraknya. Ia pun harus gigit jari karena senantiasa gagal menembuas pertahanan Roma.

Rabu, 05 November 2008

The Real Playmaker of NBA

NBA adalah kompetisi paling saya sukai setelah kompetisi liga sepakbola eropa. Ada sesuatu yang “wah” disini. Ada kegigihan, semangat, stamina, atraksi dan tidak ketinggalan bakat yang luar biasa “lebihnya” dari kompetisi-kompetisi olahraga lain. Tidak jarang kita lihat ada tim yang tertinggal 20 poin lebih mampu menyusul dan memenagkan pertandingan. Itu kegigihan dan semangat. Stamina? Jangan tanya. Stamina yang diperlukan untuk menjadi seorang pebasket yang baik berkalilipat dari stamina seorang pesepakbola. Atraksi dan bakat? Cobalah lihat pemain-pemain seperti Kobe Bryant dan Le Bron James, bisa-bisa anda terperangah terkejut.

Nah, kini kompetisi basket paling ketat sedunia sudah dimulai. Saya jadi teringat nama-nama besar semacam LA Lakers, juara tahun lalu; Boston Celtics, Runner Up dan San Antonio Spurs, klub yang tak pernah mati dalam satu dekade terakhir. Sedangkan kalau bicara individual atau pemain nama Kobe Bryant dan Le Bron James ‘haram’ untuk tidak disebut. Mereka adalah “superplayer” NBA, istilah saya untuk seorang pebasket dengan bakat luar biasa dimana timnya adalah mereka dan mereka adalah tim itu sendiri. Lakers adalah Bryant dan Bryant adalah Lakers atau Cavaliers dengan Le Bron James, kira-kira begitu.

Tapi perlu diingat. Basket adalah permainan yang mengandalkan teamwork lebih daripada sekedar kemampuan individual seperti Lakers dan Cavaliers yang terlalu mengandalkan dua superplayer mereka. Sedangkan kunci dari permainan teamwork yang baik terletak pada satu pemain. Point guard. Dialah penentu arah pertandingan atau istilah sepakbolanya playmaker. Selama ia dapat lepas dari kawalan ketat pemain lawan dan bermain baik maka bisa dipastikan secara keseluruhan timnya bermain baik pula. Di NBA sendiri point guard adalah posisi para pemain “pendek” karena posisi ini lebih membutuhkan kecepatan, keakuratan dan kecerdasan lebih dari posisi lainnya. Mereka tidak diharuskan mempunyai postur yang tinggi karena rebound bukan tugas mereka. Tugas mereka adalah passing dan kalau ada kesempatan, scoring.

Berikut ini saya akan tampilkan sekilas analisis saya terhadap point guard-point guard top di NBA, dimulai dari Chris Paul, pemain yang dikalahkan Kobe Bryant dari perebutan MVP NBA musim lalu.

Chris Paul.

Semua pengamat NBA pasti setuju kalau keberhasilan New Orleans Hornetts mencapai final Wilayah Barat musim lalu tidak terlepas dari peran besar pria bertinggi 183 cm ini. Ukuran badannya yang terbilang “pendek” di NBA tidak menghentikannya membuat prestasi yang mencengangkan. Rata-rata double -double pun diciptakan Rookie of The Year 2006 ini. 21 poin dan 12 assist di kompetisi reguler dan 24 poin dan 11,3 assist di babak playoff adalah buktinya. Tidak salah pula jika hanya Kobe Bryant yang mampu mengalahkan pesona pemain inti All Star ini dalam perebutan gelar MVP Player. Kini, dimusim 2008-2009 diprediksi Chris Paul bakalan tampil lebih lepas karena ia didukung pemain baru, James Posey.

Steve Nash.

Ini dia pemain luar biasa. Tidak hanya berbakat, pemain ini juga sangat tekun dalam mengasah skill dirinya. Tampil di NBA setelah dipilih Phoenix Suns di draft #15 tak ada seorangpun yang menyangka pemuda kulit putih ini pada suatu saat menjadi point guard paling dihormati diseantero NBA. Ball handling skills, shooting dan playmaking adalah kelebihan mantan rekan Dirk Nowitzki sewaktu berada di Dallas Mavericks ini. Skills lain yang dikuasai pemain ini dan menjadi ciri khasnya adalah teknik pick and roll yang biasa ia mainkan bersama Nowitzki di Dallas dan Amare Stoudamire dan Shawn Marion setelah ia hijrah ke Phoenix Suns. Dua gelar MVP (2006,2007) direngkuhnya saat bermain di Suns. Mengenai ini Mark Cuban, pemilik Dallas Mavericks, pernah berkomentar, “...kita semua tahu kalau Nash adalah seorang yang menyenangkan dan aku menyukainya setengah mati, tapi kenapa ia tak pernah bermain seperti seorang MVP saat bersama kami?”.

Musim lalu, pemain yang juga dianugrahi ESPN.com sebagai point guard #9 terbaik sepanjang masa ini gagal membawa Phoenix Suns ke puncak juara. Mereka dikalahkan San Antonio Spurs pada babak pertama playoffs. Ini merupakan kekalahan ketiga Suns terhadap Spurs dalam empat tahun terakhir. Tetapi bagaimanapun juga pria berusia 34 tahun ini masih akan memberikan permainan yang menarik pada musim2008-2009 ini. Terlihat dari catatan statistik pertandingannya tahun lalu yang tidak jelek-jelek amat, 17 poin/game dan 11 assist dalam 81 pertandingan.

Jason Kidd.

Terlepas dari kehidupan pribadinya yang sembrono, Jason Kidd, kini berusia 35 tahun, adalah salah satu point guard terbaik yang dimiliki NBA dan USA. Pemain yang kini bermain di Dallas Mavericks ini memiliki catatan triple-double ketiga terbanyak sepanjang sejarah NBA yaitu 100 kali. Ia juga disebut-sebut banyak pihak sebagai salah satu pemain terbaik di generasinya. Kendati kini ia tidak bermain lagi di New Jersey Nets, klub yang sudah dibawanya mencapai final NBA dua tahun berturut-turut (2002,2003) ia tetap diprediksi sebagai orang yang mampu membawa perubahan ditim barunya. Baru saja kembali setelah merengkuh medali emas cabang olahraga bola basket di Olimpiade Beijing, pemain ini tentunya diharapkan membawa atmosfer positif kepada para rekan-rekan setimnya setelah tahun lalu gagal dalam pertandingan babak pertama playoffs melawan Chris Paul cs. yang memperkuat New Orlean Hornetts. Musim lalu pemain ini mencatat 11,3 poin/game; 10,4 assist dan 8,4 rebound dalam 51 pertandingannya bersama Nets, sedangkan catatan statistiknya bersama Mavericks sendiri selama 29 pertandingan adalah 9,9 poin/game; 9,5 assist dan 6,5 rebound.

Tony Parker.

Apakah mengejutkan saya memilih nama ini di posisi keempat? Saya rasa tidak. Tony Parker memang tidak bisa dibandingkan dengan tiga nama diatas dalam soal assist dan rebound. Dia bukan point guard konservatif. Dia mengandalkan kecepatan yang ia miliki dalam melakukan penetrasi. Pemain yang pernah mendapat gelar MVP NBA Finals 2007 ini bahkan disebut sebagai salah satu pemain paling cepat di NBA. Berbeda dengan point guard lainnya yang bermain antisipatif dengan passing-passing akurat berbuah assist, suami aktris Eva Longoria ini lebih memilih melakukan terobosan seorang diri lalu mencetak skor dengan lay up. Oleh karena itu pemain berusia 26 tahun ini sangat ditakuti dalam skenario fastbreak. Dan karena gaya bermainnya itulah ia tak pernah bisa disamakan dengan point guard biasa. Mengenai gaya bermainnya yang berbeda dengan point guard NBA lain Tony pernah berkata, “"When there is talk about the best point guards, sometimes they don't talk about me. But that's not my main motivation, They can talk about Jason Kidd, Steve Nash, Deron Williams and Chris Paul. I still have the most rings.

Catatan statistik musim lalu yang sebesar 18,8 poin/game, 6,0 assist dan 3,2 rebound menjadi modal baginya untuk menunjukkan tajinya musim ini. Berkolaborasi dengan Tim Duncan dan Manu Ginobili dipastikan Tony Parker akan semakin matang dan menggebrak.

Nah, sekian ulasan saya terhadap empat point guard terbaik NBA versi NusantaraWriters. Sebenarnya ada beberapa nama yang saya pertimbangkan untuk mengisi daftar tersebut. Ada Deron Williams, saingan Chris Paul semasa kuliah dari Utah Jazz; point guard “garang” dari LA Clippers, Baron Davis; rekan Pau Gasol di timnas Spanyol, Juan Calderon dari Toronto Raptors dan pemain penuh teknik dari Washington Wizards, Gilbert Arenas. Tapi, nanti-nanti saja saya bahas keempat orang ini. Kita nikmati saja dulu kompetisi NBA yang baru dimulai. Keep sporty, keep healthy and be fairplay. Ciao!