Rabu, 19 November 2008

Resesi

Pernah ada suatu zaman di Amerika Serikat dimana sebagian besar penduduknya dilanda keresahan dan ketakutan setiap harinya. Resah karena tidak ada lapangan pekerjaan, tidak ada makanan yang mencukupi dan takut kalau-kalau mereka besok tidak akan tinggal di tempat yang sama dengan yang mereka tinggal hari ini. Juga takut dengan dewa maut yang senantiasa menghampiri mereka beberapa bulan setiap tahun, musim dingin.

Tidak ada yang bisa dilakukan pada masa itu, kecuali berusaha mendapatkan pekerjaan menjadi buruh-buruh kasar, itupun harus berebut dengan ribuan pencari pekerjaan lainnya. Tidak ada jaminan pada masa itu. Tidak ada spekulasi. Yang ada hanyalah anda hidup hari ini dan berusaha untuk tetap hidup esok hari. Mengerikan memang. Tapi itulah kenyataan sebenarnya dari resesi ekonomi Amerika Serikat pada tahun 1930-an. Bertahun-tahun para warga kelas menengah harus berjuang untuk makan, tinggal dan hidup. Sebelum seorang bernama FD Roosevelt dengan kebijakannya sebagai presiden USA terhadap ekonomi pada masa itu berhasil membawa keluar rakyatnya dari krisis. Sebuah prestasi yang membawa dirinya dikenang sebagai salah satu presiden terbaik Amerika Serikat hingga kini.

Kini, dunia terancam resesi. Tentu yang terparah adalah Amerika Serikat, sumber dari segala permasalahan yang ada. Dimulai dari melambungnya harga minyak yang diyakini sebagian kalangan karena kebijakan Amerika terhadap timur tengah, rontoknya nilai properti dalam negeri yang dikenal sebagai Subprime Mortgage hingga kecerobohan para spekulan yang mengakibatkan runtuhnya Lehman Brothers, bank investasi terbesar keempat di Amerika. Cukuplah ketiga masalah ini menjadi penghancur ekonomi dunia dan penyebab kolapsnya perusahaan besar Amerika yang berpengaruh global. Freddie Mac dan Fanni Mae adalah korban awalnya lalu diikuti dengan Merril Lynch (diselamatkan setelah diambil alih oleh Bank Of America), AIG, Goldman Sachs, dan Morgan Stanley. Untungnya tiga nama terakhir berhasil diselamatkan oleh tindakan cepat tim ekonomi AS pimpinan presidan George W Bush lewat rancangan dana talangan 700 miliar dolar.

Tapi ini masih gerimis, begitu kata ekonom Adimarwan Karim dalam sebuah kolom harian nasional. Hujan badai masih menunggu di depan, badai yang belum dapat diprediksi secara jelas kekuatannya. Badai yang bahkan mampu membangkrutkan negara-negara yang perekonomiannya sedikit banyak bergantung terhadap ekonomi bangsa adidaya, Amerika Serikat.

Analisis Adimarwan Karim mulai menunjukkan kebenaran. Belasan negara uni Eropa kini terancam resesi dimulai dari Islandia yang terancam bangkrut karena bank-bank terbesarnya dilikuidasi hingga raksasa ekonomi terbesar di benua biru tersebut, Jerman.

Sementara itu ekonom papan atas dunia, Stephen S Roach dalam wawancaranya yang dituang di harian Republika beberapa waktu lalu juga memberikan statement yang bernada pesimis terhadap krisis ini. Ia meyakinkan dunia bahwa krisis ini sangat mematikan dan untuk segera kembali normal akan membutuhkan waktu yang sangat lama karena proses pemulihan ekonomi yang sangat lemah. Atau Wok-Shape, ekonomi tumbuh melandai.

Mengerikan? Jelas. Butuh kerjasama setiap negara dan juga terobosan-terobosan baru yang yang lebih efektif dari Amerika Serikat untuk menekan ancaman resesi ini. Dan semua ini menjadi tugas berat pemerintahan baru Amerika yang dipimpin Obama. Apakah ia akan berhasil seperti FD Roosevelt atau hanya menjadi pemimpin yang gagal seperti pendahulunya? Kita tunggu.

1 komentar:

  1. ok, kita liat saja. mudah2an krisis yg masih gerimis ini masih bisa dihindari sebelum badai mengamuk, karena suka atau tidak suka, negara kita adalah salah satu negara dunia ketiga yang perekonomiannya sangat bergantung pada negeri adidaya itu..

    BalasHapus

Comment Here!