Rabu, 05 November 2008

The Real Playmaker of NBA

NBA adalah kompetisi paling saya sukai setelah kompetisi liga sepakbola eropa. Ada sesuatu yang “wah” disini. Ada kegigihan, semangat, stamina, atraksi dan tidak ketinggalan bakat yang luar biasa “lebihnya” dari kompetisi-kompetisi olahraga lain. Tidak jarang kita lihat ada tim yang tertinggal 20 poin lebih mampu menyusul dan memenagkan pertandingan. Itu kegigihan dan semangat. Stamina? Jangan tanya. Stamina yang diperlukan untuk menjadi seorang pebasket yang baik berkalilipat dari stamina seorang pesepakbola. Atraksi dan bakat? Cobalah lihat pemain-pemain seperti Kobe Bryant dan Le Bron James, bisa-bisa anda terperangah terkejut.

Nah, kini kompetisi basket paling ketat sedunia sudah dimulai. Saya jadi teringat nama-nama besar semacam LA Lakers, juara tahun lalu; Boston Celtics, Runner Up dan San Antonio Spurs, klub yang tak pernah mati dalam satu dekade terakhir. Sedangkan kalau bicara individual atau pemain nama Kobe Bryant dan Le Bron James ‘haram’ untuk tidak disebut. Mereka adalah “superplayer” NBA, istilah saya untuk seorang pebasket dengan bakat luar biasa dimana timnya adalah mereka dan mereka adalah tim itu sendiri. Lakers adalah Bryant dan Bryant adalah Lakers atau Cavaliers dengan Le Bron James, kira-kira begitu.

Tapi perlu diingat. Basket adalah permainan yang mengandalkan teamwork lebih daripada sekedar kemampuan individual seperti Lakers dan Cavaliers yang terlalu mengandalkan dua superplayer mereka. Sedangkan kunci dari permainan teamwork yang baik terletak pada satu pemain. Point guard. Dialah penentu arah pertandingan atau istilah sepakbolanya playmaker. Selama ia dapat lepas dari kawalan ketat pemain lawan dan bermain baik maka bisa dipastikan secara keseluruhan timnya bermain baik pula. Di NBA sendiri point guard adalah posisi para pemain “pendek” karena posisi ini lebih membutuhkan kecepatan, keakuratan dan kecerdasan lebih dari posisi lainnya. Mereka tidak diharuskan mempunyai postur yang tinggi karena rebound bukan tugas mereka. Tugas mereka adalah passing dan kalau ada kesempatan, scoring.

Berikut ini saya akan tampilkan sekilas analisis saya terhadap point guard-point guard top di NBA, dimulai dari Chris Paul, pemain yang dikalahkan Kobe Bryant dari perebutan MVP NBA musim lalu.

Chris Paul.

Semua pengamat NBA pasti setuju kalau keberhasilan New Orleans Hornetts mencapai final Wilayah Barat musim lalu tidak terlepas dari peran besar pria bertinggi 183 cm ini. Ukuran badannya yang terbilang “pendek” di NBA tidak menghentikannya membuat prestasi yang mencengangkan. Rata-rata double -double pun diciptakan Rookie of The Year 2006 ini. 21 poin dan 12 assist di kompetisi reguler dan 24 poin dan 11,3 assist di babak playoff adalah buktinya. Tidak salah pula jika hanya Kobe Bryant yang mampu mengalahkan pesona pemain inti All Star ini dalam perebutan gelar MVP Player. Kini, dimusim 2008-2009 diprediksi Chris Paul bakalan tampil lebih lepas karena ia didukung pemain baru, James Posey.

Steve Nash.

Ini dia pemain luar biasa. Tidak hanya berbakat, pemain ini juga sangat tekun dalam mengasah skill dirinya. Tampil di NBA setelah dipilih Phoenix Suns di draft #15 tak ada seorangpun yang menyangka pemuda kulit putih ini pada suatu saat menjadi point guard paling dihormati diseantero NBA. Ball handling skills, shooting dan playmaking adalah kelebihan mantan rekan Dirk Nowitzki sewaktu berada di Dallas Mavericks ini. Skills lain yang dikuasai pemain ini dan menjadi ciri khasnya adalah teknik pick and roll yang biasa ia mainkan bersama Nowitzki di Dallas dan Amare Stoudamire dan Shawn Marion setelah ia hijrah ke Phoenix Suns. Dua gelar MVP (2006,2007) direngkuhnya saat bermain di Suns. Mengenai ini Mark Cuban, pemilik Dallas Mavericks, pernah berkomentar, “...kita semua tahu kalau Nash adalah seorang yang menyenangkan dan aku menyukainya setengah mati, tapi kenapa ia tak pernah bermain seperti seorang MVP saat bersama kami?”.

Musim lalu, pemain yang juga dianugrahi ESPN.com sebagai point guard #9 terbaik sepanjang masa ini gagal membawa Phoenix Suns ke puncak juara. Mereka dikalahkan San Antonio Spurs pada babak pertama playoffs. Ini merupakan kekalahan ketiga Suns terhadap Spurs dalam empat tahun terakhir. Tetapi bagaimanapun juga pria berusia 34 tahun ini masih akan memberikan permainan yang menarik pada musim2008-2009 ini. Terlihat dari catatan statistik pertandingannya tahun lalu yang tidak jelek-jelek amat, 17 poin/game dan 11 assist dalam 81 pertandingan.

Jason Kidd.

Terlepas dari kehidupan pribadinya yang sembrono, Jason Kidd, kini berusia 35 tahun, adalah salah satu point guard terbaik yang dimiliki NBA dan USA. Pemain yang kini bermain di Dallas Mavericks ini memiliki catatan triple-double ketiga terbanyak sepanjang sejarah NBA yaitu 100 kali. Ia juga disebut-sebut banyak pihak sebagai salah satu pemain terbaik di generasinya. Kendati kini ia tidak bermain lagi di New Jersey Nets, klub yang sudah dibawanya mencapai final NBA dua tahun berturut-turut (2002,2003) ia tetap diprediksi sebagai orang yang mampu membawa perubahan ditim barunya. Baru saja kembali setelah merengkuh medali emas cabang olahraga bola basket di Olimpiade Beijing, pemain ini tentunya diharapkan membawa atmosfer positif kepada para rekan-rekan setimnya setelah tahun lalu gagal dalam pertandingan babak pertama playoffs melawan Chris Paul cs. yang memperkuat New Orlean Hornetts. Musim lalu pemain ini mencatat 11,3 poin/game; 10,4 assist dan 8,4 rebound dalam 51 pertandingannya bersama Nets, sedangkan catatan statistiknya bersama Mavericks sendiri selama 29 pertandingan adalah 9,9 poin/game; 9,5 assist dan 6,5 rebound.

Tony Parker.

Apakah mengejutkan saya memilih nama ini di posisi keempat? Saya rasa tidak. Tony Parker memang tidak bisa dibandingkan dengan tiga nama diatas dalam soal assist dan rebound. Dia bukan point guard konservatif. Dia mengandalkan kecepatan yang ia miliki dalam melakukan penetrasi. Pemain yang pernah mendapat gelar MVP NBA Finals 2007 ini bahkan disebut sebagai salah satu pemain paling cepat di NBA. Berbeda dengan point guard lainnya yang bermain antisipatif dengan passing-passing akurat berbuah assist, suami aktris Eva Longoria ini lebih memilih melakukan terobosan seorang diri lalu mencetak skor dengan lay up. Oleh karena itu pemain berusia 26 tahun ini sangat ditakuti dalam skenario fastbreak. Dan karena gaya bermainnya itulah ia tak pernah bisa disamakan dengan point guard biasa. Mengenai gaya bermainnya yang berbeda dengan point guard NBA lain Tony pernah berkata, “"When there is talk about the best point guards, sometimes they don't talk about me. But that's not my main motivation, They can talk about Jason Kidd, Steve Nash, Deron Williams and Chris Paul. I still have the most rings.

Catatan statistik musim lalu yang sebesar 18,8 poin/game, 6,0 assist dan 3,2 rebound menjadi modal baginya untuk menunjukkan tajinya musim ini. Berkolaborasi dengan Tim Duncan dan Manu Ginobili dipastikan Tony Parker akan semakin matang dan menggebrak.

Nah, sekian ulasan saya terhadap empat point guard terbaik NBA versi NusantaraWriters. Sebenarnya ada beberapa nama yang saya pertimbangkan untuk mengisi daftar tersebut. Ada Deron Williams, saingan Chris Paul semasa kuliah dari Utah Jazz; point guard “garang” dari LA Clippers, Baron Davis; rekan Pau Gasol di timnas Spanyol, Juan Calderon dari Toronto Raptors dan pemain penuh teknik dari Washington Wizards, Gilbert Arenas. Tapi, nanti-nanti saja saya bahas keempat orang ini. Kita nikmati saja dulu kompetisi NBA yang baru dimulai. Keep sporty, keep healthy and be fairplay. Ciao!




2 komentar:

  1. Hallow Bung Iqbal Dista (How do I call you ?), mantap betul postingan tentang PG-nya. I agree 100% with this story. Dan menempatkan CP3 di posisi #1 adalah tepat untuk saat ini. Kalau boleh menambahkan seoarng PG underdog, saya memilih Rajon Rondo dari Boston Celtics. Memang ada 3 leader di sana (KG, Ray Allen, dan Paul Pierce) But still, the leader in a game is the PG ;). People wont forget his steals in Game 6 to blew out Lakers to won the championship. Can wait your next post about NBA Dawg !!

    BalasHapus
  2. panggil aja iqbal...
    Thanks a lot, Syahrir...
    setuju tu about Rajon Rondo. tu anak emang gemilang bgt performancenya musim ini. sering-sering ngintip ini blog ya...
    aku usahain postingan NBAnya aku tambah..

    BalasHapus

Comment Here!